Dampak Langsung Urbanisasi terhadap Habitat Satwa Liar

Urbanisasi yang pesat di Indonesia berdampak signifikan terhadap satwa liar dan habitatnya. Dr. Rois Mansur, kepala Deputi Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyatakan, "Pembangunan infrastruktur dan perluasan pemukiman manusia telah mengubah dan merusak habitat satwa liar." Akibatnya, satwa liar kehilangan rumah mereka dan terpaksa beradaptasi dengan lingkungan baru yang tidak alami dan berpotensi membahayakan.

Betapa besarnya dampak urbanisasi ini dapat dilihat dari penurunan jumlah hutan primer. Menurut data dari Global Forest Watch, Indonesia telah kehilangan lebih dari 24 juta hektar hutan primer antara tahun 2001 dan 2019. Kehilangan ini cenderung mempengaruhi satwa liar seperti harimau sumatera, orangutan, dan gajah, yang habitat alaminya adalah hutan.

Penyusutan habitat juga berkontribusi terhadap peningkatan konflik antara manusia dan satwa liar. Satwa liar yang kehilangan habitat sering kali memasuki wilayah permukiman manusia dalam mencari makanan, yang dapat menimbulkan konflik dan kerusakan.

Setelah Urbanisasi: Penurunan Populasi Satwa Liar dan Upaya Konservasi

Dampak buruk urbanisasi tidak berhenti hanya pada kerusakan habitat. Juga mendorong penurunan populasi satwa liar. Sebagai contoh, World Wildlife Fund (WWF) melaporkan bahwa populasi harimau Sumatera di Indonesia telah berkurang hingga 70% dalam 25 tahun terakhir. Faktor utama penurunan ini adalah kehilangan habitat dan perburuan liar.

Meski gambaran ini tampak suram, banyak upaya konservasi yang sedang dilakukan untuk melindungi satwa liar Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, misalnya, telah meluncurkan berbagai program, seperti pembuatan taman nasional dan cagar alam. "Ini adalah langkah penting untuk melindungi habitat satwa dan memastikan populasi mereka tetap stabil," kata Dr. Mansur.

Sementara itu, organisasi non-pemerintah seperti WWF juga melakukan upaya konservasi mereka sendiri. Misalnya, mereka berkolaborasi dengan komunitas lokal untuk mengembangkan inisiatif seperti patroli hutan dan penanaman pohon. "Kerja sama dengan komunitas lokal sangat penting untuk melindungi satwa liar dan habitatnya," terang Rizal Algamar, Direktur WWF Indonesia.

Namun, upaya ini harus didukung oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi. Perlu adanya edukasi tentang dampak urbanisasi terhadap satwa liar dan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan begitu, kita semua dapat berkontribusi dalam melindungi fauna Indonesia yang kaya dan beragam.